Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang merengek-rengek menginginkan permen. Tapi itu semua tidak pernah aku dapatkan. Kekasihku jauh berbeda dari yang ku harapkan. Rasa sensitifnya kurang.. dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam hubungan ini telah mementahkan semua harapanku akan cinta yang ideal.
Suatu hari kuberanikan diri untuk mengatakan keputusanku kepadanya, bahwa aku ingin mengakhiri hubungan ini.
“Mengapa”, dia bertanya dengan terkejut.
“Saya lelah, kamu tidak pernah memberikan cinta yang saya inginkan!”
Dia pun terdiam dan merenung didepan laptopku yang kerap error itu,, tampak seolah-olah mengerjakan sesuatu,, padahal tidak sama sekali,! Kekecewaanku bertambah, seorang cowok yang selama ini menjadi tambatan hatiku tidak mampu mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa kuharapkan darinya,?Dan akhirnya dia memulai pembicaraan..
“Apa yang dapat aku lakukan untuk merubah pikiranmu itu?”
Akupun menatapnya dalam-dalam dan menjawabnya dengan pelan..
“aku punya satu pertanyaan, jika kamu dapat menemukan jawabannya dalam hatiku, aku akan merubah pikiranku…..”
Sejenak aku terdiam…kemudian melanjutkan perkataanku lagi..
“Seandainya aku menyukai setangkai bunga yang indah yang ada ditebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan mengambil bunga itu untukku???”
Dia termenung dan akhirnya menjawab,, dengan senyumannya..
“Esok aku akan memberikan jawabannya untukmu..”
Hatiku langsung gundah mendengar jawabannya.Keesokan harinya aku menemuinya dikosnya, tapi dia tidak ada entah kemana, kumasuki saja kamarnya tak pernah dikunci,, karena kuncinya slalu kubawa. Aku hanya menemukan secarik kertas dengan coret-coretan tangannya dibawah segelas susu coklat hangat yang aku sukai di depan meja komputer.
Dalam kertas itu bertuliskan
“Sayang.. Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan aku menjelaskan alasannya..”. Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku melanjutkan untuk membacanya..
“Kamu bisa mengetik tugasmu di laptop dan kamu selalu mengacaukan program yang ada dengan virus-virus yang ada dalam flashdiskmu dengan alasan lupa menyecan terlebih dulu, aku harus memberikan jemariku supaya aku bisa membantumu dan memperbaiki programnya.
Kamu selalu lupa membawa kunci kosku ketika kita sedang pergi keluar untuk sekedar makan, dan aku harus memberikan kakiku untuk bisa mendobrak pintu kamarku, dan membukakan pintu ketika kamu datang menjengukku.
Kamu selalu jalan-jalan di malam hari tapi kamu selalu nyasar dan takut ketika kamu mangunjungi tempat-tempat yang asing, aku harus menunggu dan menelfonmu agar bisa memberikan mataku untuk mengarahkanmu..
Kamu selalu mengeluh pegal-pegal ketika “teman baikmu” datang setiap bulannya, dan aku harus memberikan tanganku untuk memijat kaki dan tanganmu yang pegal itu.
Kamu senang diam ketika ada di kamar kosku, dan aku slalu kuatir kamu akan menjadi ‘aneh’, dan aku harus membelikan yang dapat menghiburmu atau meminjamkan mulut dengan menggerakkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang pernah aku alami kepadamu.
Kamu slalu menatap tegang laptopmu ketika mengerjakan tugas-tugas dari dosen musuhmu itu, dan aku harus menjaga mataku untuk menemanimu dan membantumu mengetik ketika kamu sudah terlelap dengan kelelahanmu..
Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai kesukaanmu, menikmati mentari pagi dan meneteskan embun yang ada di atas daun di matamu, menceritakan warna-warna bunga yang bersinar dan indah seperti wajahmu.
Tetapi sayangku..
Aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Karena aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku. Sayangku..Aku tahu, banyak sekali orang yang bisa mencintaimu lebih dari aku mencintaimu. Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku dan mataku tidak cukup bagimu. Aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki dan mata lain yang dapat membahagiakanmu.”
Air mataku jatuh di atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tapi ku berusaha untuk meneruskan untuk membacanya..
“Dan sekarang, sayangku..kamu telah selesai membaca jawabanku. Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkan aku untuk menemani hari-harimu seperti dulu keluarlah, aku sekarang ada di luar menunggu jawabanmu..Jika kamu tidak puas dengan jawabanku, izinkan aku memohon maaf kepadamu untuk yang terakhir kalinya, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu lagi. Percayalah sayangku..bahagiaku bila kau bahagia.”
Akupun segera berlari keluar dan melihatnya berdiri di depan pintu kamar dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang roti selai kesukaanku. Oh, kini akupun tahu, tidak ada orang yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku. Itulah cinta, di saat kita merasakan cinta itu berangsur-angsur hilang dari kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar